Selasa, 07 September 2010

Ramadhan (hanya) bulan yang bergelimang pahala


Semoga semangat Ramadhan tetap mewarnai aktifitas ibadah kita di bulan-bulan selanjutnya..

Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan dan rahmah. Bulan dimana kesalehan kolektif terlihat di mana-mana. Mesjid menjadi lebih ramai, para pedagang dadakan meraup untung dengan berjualan kolak, jajanan dan es buah. Orang seolah punya kedisiplinan kolektif. Bangun di waktu yang sama untuk sahur, berbuka di waktu yang sama, dan taraweh di waktu yang sama.
 

Luar biasa ! Sebagian mereka, memang bergerak untuk beribadah karena motivasi internal, karena kecintaan mereka akan Ramadhan, karena keinginan mereka untuk meraih rahmah, ampunan dan terbebas dari api neraka. Tapi sebagian yang lain, tanpa di sadari hanya mengikuti arus kearifan kolektif. Tidak ada kesyahduan yang mendalam di hati mereka, tidak ada kenikmatan dalam puasa dan sholat mereka, yang mereka rasakan hanya efek sosial, kebersamaan. Sama-sama puasa, sama sama taraweh, dan biasanya tidak akan meninggalkan bekas ketika Ramadhan berlalu.

Dulu, ketika kanjeng Rasulullah Muhammad SAW masih hidup, kaum Muslimin Madinah selalu menghadiri Majelis nabi, datang untuk mendengar nasihat nabi dan menunaikan sholat berjamaah, berperang bersama nabi, berdagang bersama nabi, semuanya bersama-sama nabi. Mereka mencintai nabinya melebihi kecintaan mereka akan diri mereka sendiri.

Sudah menjadi  sunnatullah, maka setiap manusia akan mati. Demikian pula manusia pilihan Allah itu, nabi terakhir itu juga harus pergi menghadap Rabbnya. Beliau wafat. Umar bin Khattab, sahabat yang paling kuat, paling berani dan terkemuka itu tiba-tiba kehilangan arah, dia tidak bisa menerima kepergian sang Nabi. Dan keluarlah kata-kata yang berasal dari jeritan hatinya “barang siapa mengatakan Muhammad telah meninggal, akan aku penggal kepalanya”. Abu Bakar ra bisa memahami keadaan ini, dan dengan intuisi leadership dan kelembutannya, beliau naik mimbar dan berkata “Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad telah menemui rabbnya, dan barang siapa menyembah Allah, Allah senantiasa hidup”. Dan sadarlah Umar. Berislam bukan karena Muhammad, tapi karena Allah semata.

Demikian pula Ramadhan, barang siapa menyembah Ramadhan, hanya taat di kala bulan Ramadhan, maka sesungguhnya Ramadhan akan berlalu, digantikan oleh Syawal. Tapi barang siapa beribadah karena Allah, maka Allah akan senantiasa hidup. Dia akan senantiasa beribadah pada Allah. Bukan semata-mata karena Ramadhan yang bergelimang pahala.

sumber : email teman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar